Buku Satu Atap Lima Madrasah ini harusnya menjadi buku wajib bagi semua ibu terutama bagi yang berencana untuk memiliki banyak anak karena isi buku ini benar-benar mengambil posisi sebagai seorang ibu yang memiliki banyak sekali tantangan dalam pengasuhan. Buku ini bukan hanya memposisikan kita sebagai seorang ibu, tapi juga memposisikan kita menjadi seorang anak dan membuat kita memahami apa sebenarnya yang anak pikirkan atau inginkan.
Saya pribadi memiliki buku ini sekitar setahun sebelum menikah. Waktu itu saya masih bekerja sebagai Guru pada sebuah sekolah Islam. Sebenarnya saya sudah cukup lama mengajar, tapi metode pengajaran yang saya lakukan masih metode pengajaran dulu yang merupakan turun temurun. Awalnya teman saya menawarkan untuk membacanya, dan setelah membaca 2 halaman pertama serta meilihat daftar isi nya saya langsung memutuskan untuk membeli buku tersebut karena saya sadar kalau saya sangat membutuhkan buku seperti ini dalam mendidik anak kelak.
Mengapa saya mengatakan ini harusnya menjadi buku wajib? Karena selain kita diposisikan sebagai seorang ibu yang mendapatkan banyak tantangan dalam pengasuhan, buku ini juga memberikan banyak sekali penilaian dari sisi lain yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Buku ini menuntun kita untuk tidak hanya memposisikan diri kita sebagai seorang ibu, tapi juga berusaha membuat kita diposisi sebagai seorang anak yang akal dan pemahamannya belum sempurna bahkan juga memposisikan kita sebagai seorang nenek yang memberikan kasih sayang berlimpah pada cucu-cucunya.
Spesifikasi dan Isi Buku Satu Atap Lima Madrasah
Judul Buku : Satu Atap Lima Madrasah
Pengarang : Kiki Barkiah
Penerbit : Cv. Mastakka Global Informa
Tahun Terbit : 2017
Tempat Terbit : Padalarang, Bandung Barat
Tebal Buku : 248 Halaman
Pembahasan pertama buku ini mengungkapkan bagaiman seorang ibu yang selalu berdoa dan berharap yang terbaik bagi anak-anaknya. Bagian ini terdiri dari 9 halaman dan keseluruhannya mengungkapkan kalimat-kalimat harapan terbaik dari seorang ibu pada masa depan anak-anaknya. Doa-doa yang tertulis pada bagian ini adalah doa-doa umum dan sederhana namun sangat bermakna serta diungkapkan dari hati terdalam seorang ibu yang hanya berharap pada Allah Ta’ala.
Bagian kedua buku ini menceritakan tentang bagaiman doa-doa di awal buku tadi mulai bekerja secara perlahan tapi pasti. Pembahasan buku ini dimulai dari menjelaskan betapa sulitnya membiasakan anak-anak untuk shalat diawal waktu karena keterbatasan Mesjid atau Mushalla disekitaran tempat tinggal mereka yang memang saat itu ada di luar negeri dengan Muslim sebagai minoritas. Tapi semua kekhawatiran itu berubah ketika penulis yang merupakan sang ibu melihat betapa antusiasnya anak-anak saat mendengarkan suara Adzan.
Salah satu bacaan terbaik bagi saya pad abuku ini adalah bagian 7 yang berjudul Shiddiq Bertanya,”Dari Mana Bayi Keluar?”. Bagian ini benar-benar memberikan pelajaran berharga bagi saya bagaimana cara menjawab pertanyaan kritis anak terutama mengenai hal-hal yang seharusnya belum boleh ia pelajari diusianya. Bagian ini juga memberikan beberapa cara untuk mengajarkan anak tentang konsep aurat serta bagaimana ikhtiar yang dapat orang tua lakukan agar anak dapat memahami bagian vital tubuhnya tanpa menstimulus gairah seksual pada anak. Beberapa judul setelahnya juga memberikan pencerahan bagaimana cara menanggapi pertanyaan kritis yang anak ajukan berkenaan tentang aurat antara laki-laki dan perempuan.
Buku ini juga memberikan gambaran melalui sisi seorang wanita yang dulu nya adalah seorang ibu dan kini telah menjadi seorang nenek. Buku ini memberikan jawaban yang sangat logis dan tentu saja sangat menenangkan hati para pembaca yang terkadang bertanya-tanya mengapa cinta nenek pada cucu nya terasa berlebihan dibandingkan dengan rasa cintanya pada anak-anaknya dahulu ketika masih seusia si cucu. Penjelasan dalam buku ini tentu saja membuat kita para ibu semakin paham tentang alasan mengapa pola asuh kita dan orang tua kita dahulu berbeda yang tentu saja membuat kita semakin paham tentang isi hati seorang nenek.
Hal yang Menarik dari Buku Satu Atap Lima Madrasah
Apa yang membuat saya begitu mengagumi buku ini bahkan sampai membaca nya berulang kali dan tak pernah bosan? Selain karena buku ini adalah karya dari seorang ibu yang saat itu memilik 5 orang anak, buku ini juga seperti membawa saya kembali ke mas lalu ketika saya masih menjadi anak kecil. Ingatan masa kecil yang muncul itu membuat saya selalu berusaha menjadi ibu yang lebih baik lagi bagi anak. Memang tidak semuanya ingatan yang baik, tapi ingatan yang kurang baik itulah yang membuat tekad saya semakin kuat untuk terus belajar dan belajar menjadi ibu yang lebih baik demi mewujudkan impian menjadikan anak-anak saya sebagai bagian dari Khilafah Islamiyah dimasa depan nanti.
Penulis juga memiliki blog jika kita ingin membaca karya beliau yang sudah dibukukan yaitu 5 Guru Kecilku Part 1 dan 2. Isi dalam buku ini juga membahas banyak hal seperti Ketika Buku Layaknya Sepotong Kue Baginya, Atas Izin Allah Cara ini Menaklukkan Shiddiq, dan juga Ketika Shiddiq Bertanya Tentang Pelukan.
Sekian review dan pembahasan saya tentang buku Satu Atap Lima Madrasah. Semoga bisa membantu semua ibu untuk lebih memahami dan mengendalikan emosi dalam mengasuh anak karena anak itu semakin lama tidak akan semakin mudah. Memang anak kita akan semakin mandiri, tapi disitulah letak lelah nya pikiran kita sebagai seorang ibu. Semoga buku Satu Atap Lima Madrasah ini bisa membantu kita dalam menghadapai berbagai permasalah yang muncul dalam pengasuhan, amiin ya rabbal ‘alamiin.
Post a Comment
Post a Comment