Report Abuse

Growing Umma

Tentang Hujan: Ada Berkah juga Azab Allah

Hujan bagiku adalah hal yang tak pernah usang untuk diceritakan. Ada begitu banyak kenangan yang tak terlupakan. Ada tawa juga derai air mata saat teringat tentang hujan. Sebentar lagi kita akan memasuki musim penghujan, jika Allah berkehendak maka hujan akan turun hingga banyak bunga bermekaran.

Tentang Hujan
Meski ada kisah pilu terjadi di saat hujan turun. Sebagai muslimah yang kokoh, kita tak boleh mengutuk hujan ya, Umma. Allah memberikan banyak berkah saat hujan turun.

Tentang Hujan dalam Prespektif Islam

Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh ke bumi. Hujan sering kali dianggap sebagai penghambat dalam berkegiatan di luar rumah. Seperti cucian menumpuk tak kunjung kering, saat musim penghujan. Membuat mood sebagian Umma menjadi unhappy

Alhamdulillah, berkat dakwah yang masiv dari kelompok influencer muslim, kegiatan mengolok-olok hujan mulai berkurang. Berganti dengan postingan doa ketika hujan turun membumi di kalangan teman sejawat.

Napas Islam kembali terasa dalam sendi kehidupan. Supaya kita bisa istiqamah dalam kebaikan memang dibutuhkan ilmu. Jika tidak, maka kehidupan kita akan selalu sama, menjelang  musim hujan, kebahagiaan seakan direnggut begitu saja. Seakan-akan hujan merupakan momok yang menakutkan.

Hujan Didatangkan sebagai Pemberi Peringatan

Pada zaman dahulu, Allah pernah mengirimkan azab kepada kaum yang durhaka dengan hujan deras dan badai. Seperti kisah Nabi Nuh 'Alaihis Salam, azab itu bisa kita jadikan sebagai pengajaran. Bani Rasibkaum Nabi Nuh Alaihis Salamadalah penyembah berhala. Nabi Nuh berdakwah selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, menyeru agar kaumnya hanya menyembah Allah.
Kaum Rasib malah meminta agar segera diturunkan azab, karena saking tidak yakinnya bahwa Nabi Nuh adalah utusan Allah. Mereka adalah kaum yang melampaui batas sehingga diberi azab oleh Allah. 

 "Jika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melihat mendung di langit maka raut mukanya pun berbeda. 'Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, jika orang-orang melihat mendung mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan Engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka." Beliau pun bersabda, "Wahai 'Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adalah azab. Dan pernah suatu kaum diberikan azab berupa angin (setelah itu). Kaum tesebut (yaitu kaum 'Aad) ketika mereka melihat azab, mereka mengatakan, "ini adalah awan yang akan menurunkan hujan buat kita." (HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899)

Begitu pula kisah Nabi Hud Alaihis Salam, kaum 'Aad ditimpakan azab berupa angin kencang, sebelumnya mendung pekat tak lazim menutupi langit Bani 'Aad. Meski demikian mereka tetap mengingkari bahwa itu azab yang mereka nantikan. Bukan memohon ampun yang mereka lakukan, tetapi mengatakan bahwa ini adalah awan yang akan menurunkan hujan bagi mereka.

Hendaknya kita memperbanyak doa saat mendung, sebab kita tidak tahu hujan yang akan datang membawa berkah atau sebagai azab balasan atas segala kesalahan. Bersikap hati-hati agar tidak menjadi golongan orang-orang yang sombong lagi melampaui batas. Mengambil kesempatan untuk bertaubat selagi ada waktu.

Hujan Merupakan Anugerah

Begitu banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang menyatakan mengenai berkahnya air hujan. Hujan juga sebagai bukti kekuasaan Allah, bahwa dunia ini memiliki Sang Pengatur yang handal. Bagaimana biji-bijian bertumbuh setelah disirami air hujan. Allah mengatur bagaimana hujan turun, di daerah yang Dia kehendaki.
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat : 39)

Hujan memiliki arti yang luar biasa bagiku, tepat setelah kehilangan Bapak hujan menyapa membasahi bumi. Masih akhir Juli, tetapi Allah menghendaki hujan sebagai pengingat bahwa harus ada doa yang sayup-sayup kukirimkan. Bukankah doa anak soleh adalah amalan yang tak terputus? 

Maha Suci Allah, yang telah menurunkan air dari kumpulan awan sebagai rezeki, Allah berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)


”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamilah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah : 68-69)

Bahwa Allah menjamin rezeki hamba-Nya, terasa begitu membekas. Kehilangan sosok ayah tak lantas, tak memperoleh rezeki. Hujan yang mengguyur tanah, membuat kami bisa bertahan hidup dengan menanam sayur-sayuran dan pepohonan. 

Tentu Umma juga memiliki kenangan yang historis bersamaan hujan turun. Aroma petrikor terkadang mampu membuka kotak memori yang tersimpan apik.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan saat hujan turun. Meski banyak aktivitas yang terjeda, harus ada kegiatan pengganti supaya kita tidak mati gaya. Sebagai wujud syukur kita atas nikmat hujan.

Tentang Hujan

1. Merasa Khawatir Saat Mendung

Memohon ampunan, berharap kehadiran angin dan hujan akan membawa manfaat bagi kita. Senantiasa takut akan azab Allah, memohon keselamatan. Seperti yang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam kerjakan sewaktu datang cuaca mendung.

Hadits di atas, seyogianya membuat kita merasa kusut pikirannya mengingat apa yang Allah timpakan terhadap umat-umat terdahulu. Membuat kita takut akan adanya azab, seperti yang telah Allah turunkan kepada kaum yang durhaka.

2. Berdoa Ketika Hujan Turun

Senantiasa berlindung kepada Allah, dengan memohon agar hujan turun memberikan manfaat. Ini membuktikan bahwa kita yakin bahwa hujan datangnya dari Allah.

Jika teringat tentang Fir'aun dan rakyatnya, tentu kita ingat bagaimana mereka meminta Nabi Musa 'Alaihi Sallam untuk memohon pada Tuhannya, agar diturunkan hujan. Lalu setelah hujan turun, mereka tak lantas menyembah Allah. Mereka tetap mengingkari kekuasaan Allah.

Umma tentu akan bersemangat untuk berdoa, dan mengajarkan doa kepada anak-anak. Doa dalam gambar, merupakan doa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Semoga mengalir keberkahan untuk kita semua. 

Tentang Hujan

3. Mengambil Berkah dari Hujan

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَ

Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim No. 898)

Setelah membaca hadist ini rasanya nanti akan mudah mengizinkan anak-anak untuk sesekali bermain mandi hujan. Bagaimana dengan Umma? Pastinya ketika pulang dari pesta, kehujanan di jalan akan lebih mudah bersyukur. Sebab baju pesta kita akan terkena berkah air hujan.

Seperti yang Ibnu Abbas kerjakan saat hujan  mulai turun, yaitu dengan memerintahkan istrinya untuk mengambilkan pelana dan bajunya. Tentu Ibnu Abbas ingin agar benda-benda kesayangannya terkena air hujan.

Jadi lebih tenang ya Umma, saat tanpa sengaja jemuran kita basah kembali oleh air hujan. Tak perlu merasa dongkol, sebab ada berkah Allah rupanya. Betapa lebih mudah melapangkan dada saat kita memahami syariat. Meski bukan petani kita bisa merasakan berkah hujan dengan langsung.

4. Ketika Hujan Lebat

Pernah suatu ketika terjadi hujan es, butiran es menciptakan suara yang mengerikan saat menyentuh genting. Seolah-olah serbuan air berkubik-kubik, terasa mencekam. Ditambah dengan kencangnya angin bertiup. Membuat pohon bambu di belakang rumah meliuk seakan pecut kuda, yang akan memporakporandakan bangunan kami.

Tentu suasana itu, tak luput dari pengalaman anak-anak. Mereka merasa takut. "Ma, Allah sedang marah ya sama kita? Serem!" bisiknya sambil matanya terpejam.

Pelajaran tauhid harus mereka peroleh dari teladan yang diberikan. Bapak dan Ibu sudah merapal doa, begitu juga denganku diikuti anak-anakku. Entah Allah akan membinasakan kami, atau sekadar menguji rasa takut kami terhadap-Nya. Saat itu yang kami lakukan, menyambut kehendak-Nya dengan memohon ampunan dan keselamatan.

Beruntung doa kami didengar oleh-Nya, begitu testimoni yang keluar dari bibir mungil anak terkecilku. "Allah menyelamatkan kita semua, nggak jadi marah karena doa kita tulus."
Tentang Hujan

Ibnul Qayyim mengatakan, "Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam supaya berdoa agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca doa di atas.

5. Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Doa

Berkah hujan juga ada pada waktunya yang mustajab. Maka dari itu, kita dianjurkan berdoa ketika turunnya hujan, sebagiamana diriwayatkan bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "dua doa yang tidak akan ditolak: [1] doa ketika adzan dan [2] doa ketika turunnya hujan." (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi, hadist hasan)

Sudah dipersiapkan list doa yang akan dipanjatkan saat hujan turun? Sebaiknya Umma mulai menyiapkan dan membiasakan diri untuk berdoa dalam waktu yang mustajab. Jika seperti ini, rasanya hujan menjadi sesuatu yang kehadirannya selalu dinantikan. Ada gejolak rindu hujan. Agar doa-doa bisa langsung sampai kepada-Nya.

Pada riwayat yang lain, Rasullah bersabda, "Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] saat hujan turun." (HR. Al Baihaqi, hadits sahih)

"Jadi gimana? apakah sudah merindukan hujan sama seperti aku merindukanmu, Umma?"
"Of course."

6. Berwudhu dengan Air Hujan

Air hujan termasuk air yang suci menyucikan, sehingga bisa dipergunakan untuk berwudhu. Bila airnya deras dianjurkan untuk berwudhu menggunakan air hujan, dikatakan demikian oleh Ibnu Qudamah. Sebagaimana hadits, "apabila air mengalir di lembah, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan, Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang dijadikan Allah sebagai alat untuk bersuci." Kemudian kami bersuci dengannya." (HR Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, Ahmad, hadits sahih)

Beberapa daerah di tanah air mengalami kekeringan, air hujan biasanya ditampung untuk dimanfaatkan, salah satunya sebagai sarana bersuci. Bagi daerah-daerah yang kesulitan mendapatkaan air bersih, tentu kedatangan hujan merupakan anugerah yang tak ternilai.
Ternyata larangan untuk mengolok-olok hujan memang harus selalu diulang-ulang. Rasulullah melarang kita agar tidak mencaci maki makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti waktu, angin dan juga hujan. Perbuatan ini bisa termasuk syirik akbarsirik yang mengeluarkan seseorang dari Islamjika diyakini makhluk tersebut yang mendatangkan kejelekan yang terjadi. Ini memiliki arti bahwa mempercayai adanya pencipta selain Allah.

"Waduh, gawat ya ternyata?!"
"Bisa masuk syirik akbar!?"

Namun jika cemoohan itu tidak bermaksud mengatakan bahwa makhluk tersebut mampu mendatangkan bahaya atau hal buruk maka tidak termasuk syirik akbar, tetapi hukumnya haram. Sebab itu sama saja dengan mengolok Sang Pencipta. Memberi kesan ketidaksabaran menjalani apa yang Allah tetapkan. Semoga kita bisa menjaga diri dari perkataan yang membuat Allah murka.

"Hujan hari ini sangat lebat sehingga kita harus membatalkan acara kita pergi kerumah Nenek, sebab jalanan licin." Kalimat pemberitahuan seperti ini diperbolehkan, sebab tidak terdapat unsur mengejek.

Amalan yang bisa kita lakukan setelah hujan adalah bersyukur dengan mengucapkan "Muthirna bi fadhlillah wa rahmatih." Doa tersebut merupakan sabda Rasulullah, memiliki arti "Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah." Disampaikan oleh Kholid Al Juhaniy diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dalil lengkapnya bisa Umma temukan dalam Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan.
"Tentang hujan, ia datang menjumpaimu atas kehendak-Nya. Hitunglah jumlah rintiknya jika kamu mampu, sebanyak itu pula cinta-Nya turun ke bumi. Aku memiliki banyak kenangan bersama hujan. Bahkan petrikor mampu membuatku terbius, ada rindu yang terobati lalu berubah menjadi semakin merindu. Ingatan bergulir satu per satu, sembari kuhirup secangkir kopi arabika." ~ Lantana Ungu ~








Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

Post a Comment