Report Abuse

Growing Umma

Buku Menjadi Perempuan Satu-satunya; Perempuan Pulanglah! Tutorial Rumah Tangga Sesuai Syariah

Menjadi Perempuan Satu-satunya


Ketika seorang perempuan memahami duduk perkara seputar pernikahan dengan cara pandang yang sesuai dengan tuntunan syariah maka menjadi perempuan satu-satunya dari suaminya atau menjadi salah satu saja dari istri-istri seorang lelaki bukan lagi perkara besar.

Perkara sesungguhnya sudah digeser menjadi pertanyaan besar akankah pernikahan ini membawanya menuju husnul khatimah atau tidak?


Menjadi Perempuan Satu-satunya, Adakah Tutorialnya?

Buku ini merupakan hadiah bagiku, ketika berbenturan dengan berbagai masalah dalam rumah tangga. Bahasa yang menentramkan seperti tutur kata seorang ibu, membuatku betah membacanya. Banyak insight baru yang kutemukan, permasalahan yang dibahas adalah yang sangat dekat dengan kehidupan rumah tanggaku.

Bahkan hampir semua yang diutarakan pernah terjadi pada kehidupan pernikahanku, dan aku merasa kelabakan sebab tujuanku menikah dahulu adalah untuk membuat pernikahan yang bahagia. Memiliki tempat pulang yang nyaman, dengan seseorang yang akan mencintaiku dan menemaniku. Pada kenyataannya pernikahan tak seindah dongeng, begitu banyak badai menghampiri.

Ada tujuh pokok pembahasan yang Ummi Mulia rangkumkan dalam buku ini, membacanya harus berurutan. Kecuali jika sudah beberapa kali membaca, boleh langsung pada kebutuhan.

1. Alhamdulillah Engkau Telah Memilihku

Tutorial awal yang harus kita kerjakan adalah dengan bersyukur dan berterima kasih. Kini telah beralih tanggung jawab dari seorang lelaki yang dipanggil ayah dan mencintai putrinya dengan seluruh jiwa raganya. Beralih kepada seorang lelaki yang mengaku mencintai seorang perempuan.

Pembahasan di sini seputar tujuan kehidupan kita di dunia untuk beribadah, khalifathul fil ardh, sehingga perumusan visi dan misi pernikahan tidak boleh melenceng dari itu. Membuat target sepuluh tahun, lima tahun, tahunan, dan bulanan akan lebih mudah unuk disusun dan disepakati. Masing-masing pihak memiliki jasa untuk menciptakan sakinah mawadah warahmah.
"Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, puasa di Bulan Ramadhan, dan menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki." (HR. Ibnu Hibban)
Dalam pembahasan ini ada petunjuk Rasulullah, "Jihadukunna fii buyutikunna." Anak adalah anugerah terindah dalam kehidupan seorang perempuan. Anak adalah tumpuan bagi baktinya kepada Rabb-nya anak soleh adalah hasil polesan lentik seorang ibu salihah yang selalu mendekatkan anaknya pada Rabb-nya. Anak soleh adalah hasil modeling kepatuhan sang ibunda pada pasangannya dan pada Rabb-nya.

Sudah mulai teraduk-aduk belum dengan kutipan yang sambung menyambung ini, di sini kita diajak menelaah lebih luas mengenai pesan Rasulullah itu, hingga terasa mudah mengatakan sepakat dengan apa yang Rasulullah sampaikan. "Jihadukunna fii buyutikunna."

2. Bergandengan Tangan Saat Badai

"Mereka (istri) adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka." (QS. al-Baqarah:187)

Bayangkan,dua orang yang berasal dari ayah dan ibu berbeda, latar belakang sosial, ekonomi dan kultur berbeda, harus berjalan bersama. Tentu banyak hal yang harus disesuaikan. Tak ada pernikahan tanpa badai dan pertengkaran. Pertengkaran adalah hal yag tidak mungkin dapat dihindarkan.

Kuncinya, jadikan pergesekan ini sebagai tarbiyah. Bahwa pertengkaran ini semata-mata untuk membuat perbaikan bagi rumah tangga kita sehingga Allah rida dengan perjalanan berumah tangga ini.

Hari-hari pertama mungkin masih besar toleransi dan ruag pengertian yang coba dibangun. "Ah, biarlah dulu, nanti juga suami akan mengerti," pikirnya sederhana dan tulus. Ruang ini semakin lama akan menyempit, jika tidak dibicarakan.

Sementara itu bisa jadi suami merasa nyaman-nyaman saja dengan perilakunya dan mengira istri yang menahan perasaan adalah toleransi yang permanen. Tentu akan kaget ketika kegundahan istri memuncak dan tak terkendali saat terpicu oleh hal sepele.

Logika sang suami tersentak  dan memicu amarah dengan pernyataan. "Ah, hal sepele saja kok marah sampai begitunya?"

Umma pasti pernah juga nih memendam dongkol kepada suami, misalnya kebiasaan suami habis mandi handuk di letakkan sembarangan, di kasur misalnya. Ada lagi yang lain? jangan dipendam lebih baik bicarakan. Jangan lewatkan infografis tentang seni bertengkar dirangkum dari buku Menjadi Perempuan Satu-satunya berikut ini ya!
Menjadi Perempuan Satu-satunya


3. Sudah Tertulis

Telah Allah tuliskan di Lauhil Mahfudz sejak zaman azali tentang apa yang akan kita alami dalam pernikahan kita, mulai dari kapan pernikahan kita, siapa jodoh kita, gejolak apa yang akan kita alami dalam pernikahan ini, sampai kapan umur perjodohan pernikahan ini, apakah hingga ajal yang memisahkan atau patah di tengah jalan. Ilmu Allah meliputi semua itu. Pengetahuan Allah telah sempurna ditulis di Lauhil Mahfudz.

Ada lima contoh kasus yang diurai di sini, yaitu tentang dia tidak mengerti aku, dia tidak peduli dengan anaknya, aku lelah mengurus rumah ia tak peduli, kondisi ekonomi, ia punya yang lain di hatinya. Masalah-masalah ini diurai dengan penuh pengertian. Ummi Mulia berhasil menyelami hati, sehingga kasus-kasus tersebut diselesaikan dengan bahasa yang mudah diterima oleh hati, tidak sekadar logika.

Membaca pada bagian ini memberi efek relaksasi, memberi kelonggaran pada nalar untuk bisa mengatakan, "Ini semua terjadi bukan atas kesalahanmu Hubby, Allah sudah menuliskannya, ayo kita sama-sama menjalani ini dengan cara yang Allah Rida."

4. Aku Memilih Karena Allah

"Wanita dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung." (HR Bukhari)

Pada bagian ini, kisah pernikahan Rumaisha binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Jundab bin 'Amr bin Ghananmbin bin 'Adie an Najaar al Anshoriyah atau Ummu Sulaim menjadi sosok panutan. Sungguh tak ada apa-apanya ujian pernikahanku yang menurutku berat ini jika dibandingkan dengan sahabiyah ini.

Ummi Mulia mengisahkan secara apik, mulai dari pernikahan pertamanya dengan Malik bin Nadhar, ketika ia masuk islam membuat suaminya marah, pergi menuju Syam dan terbunuh pada perjalanan itu. Kemudian romansa pernikahan bersama Abu Thalhah. Sungguh, inilah kisah cinta yang sempurna sepanjang masa. Mahar pernikahannya adalah keislaman suaminya, ketabahan menjadi penenang rumah tangganya, kecerdikan mempertahankan keharmonisan kehidupan pernikahannya. MasyaAllah!

5. Kapasitas dan Kualitas

Pada bagian ini rasanya seperti dikuliti, banyak hal yang memang menunjukkan kualitas diriku yang rapuh. Seperti inner child negatif yang belum selesai kutapaki membuat hari-hari menjdi ibu terasa kelam. Respons otomatis yang timbul pada kejadian serupa tak terhindarkan.

Betapa "menuntut" menjadi kata kunci yang memporakporandakan hati seorang ibu baru yang kapasitasnya belum matang. Menuntut perhatian dari pasangan bila tak didapatkan, banyak hal bisa terjadi seperti fenomena baby blues syndrom dan post partum depression. Dikatakan bahwa jika kapasitas seorang ibu baru telah mumpuni maka akan menyandarkan segala keluh kesahnya pada Rabb-nya.

Umma, aku merasa menemukan tutorial dari segala gundah yang tak mampu kuceritakan. Sungguh!

6. Menjadi Perempuan Satu-satunya

Rumah tangga akan masuk ke dalam turbulensi baru ketika suami terpikat hatinya pada perempuan lain. Tentu perempuan itu "lebih" di mata suami. Bisa lebih cantik, lebih muda, lebih ramah, lebih manja, lebih pintar, lebih perlu diperhatikan, lebih perhatian, dan sejuta kelebihan yang akan dijadikannya sebagai alasan. (Hal. 120)

Perempuan yang salihah akan mencari tahu apa alasan suaminya menyakiti hatinya. Bukan dengan tudingan melainkan memohon keterangan. Ia akan berusaha sekuat tenaga menggiring opinin pasanganya untuk mempertimbangkan keinginannya dalam berbagi hati. (Hal 123)

Kita diajak belajar dari Bunda Khadijah RA, kita para perempuan hendaknya terus berjuang agar menjadi satu-satunya perempuan di hati suami kita, betapa pun buruknya situasi yang terjadi. Meski ada hati lain yang sedang singgah di hatinya.
Menjadi Perempuan Satu-satunya

Gimana Umma? Kalau aku masih butuh baca bukunya sih, meskipun cara-caranya sudah ampuh dan contekable. Tulisan dari Ummi Mulia tiap-tiap poinnya sungguh menguatkan.

7. Alhamdulillah, Semoga Husnul Khatimah

Umma, kita tidak boleh kehilangan esensi pernikahan. Bahwa menikaah bukan sekadar melalui babak kehidupan yang berbeda tanpa memasukkan nilai ibadah. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa menikah adalah salah satu ibadah terlama kita.

Keluarga sakinah mawadah warahmah seharusnya menjadi kurikulum dasar bagi setiap anak.

Berada dalam akhir pembahasan, tak kalah mengaduk-aduk hati tutorial yang diberikan. Betapa menjadi perempuan satu-satunya dibutuhkan proses memantaskan diri. Bagaimana perilaku seorang ayah memuliakaan ibu dalam keluarga sakinah, membuat seorang anak laki-laki memahami sikap seorang imam di dalam rumah tangga.

Perilaku santun dan patuh seorang perempuan pada suaminya dalam kondisi seburuk apapun, akan membekas dalam benak anak-anak. Anak-anak perempuan akan meniru perilaku santun ibunya ketika nanti menghadapi pasangannya. (Hal. 141)

Ummi Mulia, mengajak untuk menumbuhkan kesadaran akan hidup yang sementara, dan sepatutnya pasangan suami istri saling mengejar husnul khatimah.

Buku ini terlalu renyah, hingga bisa dibaca dalam sekali baca. Meski pembahasannya berat, tetapi seperti kita sedang curhat dengan seorang ibu yang dengan telaten memberikan petuah.

Tak bosan juga untuk kembali membaca saat aku merasa membutuhkan penguat atau sekadar reminder akan cara-cara menjadi perempuan satu-satunya. Selamat membaca, jangan lupa praktik ya Umma, semoga mengalir pahala untuk Ummi Mulia sebagai penulis buku ini.
Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

Post a Comment