Siapa yang tidak senang melihat anak gemuk, montok, pipinya gembil? MasyaAllah gemas pasti ya… Anak yang montok biasanya memang terlihat lucu dan menggemaskan. Namun hati-hati Umma, si kecil bisa saja mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas pada anak sama-sama harus dicegah seperti halnya stunting.
Hal tersebut menjadi fokus yang diangkat pada Hari Gizi Nasional tahun
ini. Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 dan tema tahun ini adalah
“Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”. Nah, kali ini saya ingin mengajak
umma untuk bersama menyoroti kondisi obesitas pada anak.
Apa sih yang membuat anak-anak kelebihan berat badan? Lalu bagaimana
cara mencegahnya?
Berbeda dengan orang dewasa yang umumnya ingin kurus dan menghindari
gemuk, anak-anak terutama balita biasanya malah dibiarkan menjadi gemuk dengan
alasan mumpung masih kecil. Orang tua senang karena anak gemuk tidak susah
makan dan dianggap cukup gizi. Padahal, anak yang gemuk tidak selalu berarti
sehat.
Penyebab Obesitas pada Anak
Obesitas pada anak terjadi karena beberapa faktor, di antaranya faktor keturunan, pola makan dan aktivitas fisik.
1. Faktor keturunan
Faktor genetik atau faktor keturunan menjadi salah satu penyebab anak mengalami obesitas. Mengutip data kemenkes, bila salah satu orang tuanya obesitas, maka peluang anak-anak menjadi obesitas adalah 40-50%. Kemudian bila kedua orang tuanya menderita obesitas, maka peluang faktor keturunan menjadi 70-80%.
2. Pola makan
Faktor kedua ini yang paling berperan sebagai
penyebab obesitas pada anak. Pola makan
yang dapat beresiko menyebabkan obesitas dimulai dari pemberian susu formula
yang tinggi gula untuk menggantikan atau melengkapi ASI eksklusif. Kelebihan
berat badan pada anak juga disebabkan oleh pemilihan makanan dan porsi yang
berlebihan.
Siapa yang anaknya doyan ngemil, Umma? Makan lancar, ngemil pun jalan. Duh senangnya 😄 Namun sudahkah umma pastikan kalau makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak berlebihan?
Makanan yang terlalu banyak mengandung
karbohidrat, lemak, dan gula yang tinggi dapat memicu terjadinya obesitas. Contohnya
permen, kue-kue dan minuman yang mengandung banyak gula, serta makanan cepat saji
(junk food).
Selain pemilihan makanan, sikap saat makan pun cukup berpengaruh, misalnya makan sambil menonton. Saat anak makan sambil menonton, ia tidak fokus pada makanannya sehingga bisa makan berlebihan.
3. Kekurangan Aktivitas Fisik
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan
asupan makanan dengan energi yang dikeluarkan. Asupan makanan yang berlebihan
namun tidak cukup dikeluarkan melalui aktivitas fisik, tersimpan dalam tubuh
dalam bentuk lemak. Oleh karena itu, anak perlu melakukan aktivitas fisik yang
cukup.
Kecanggihan teknologi ikut berperan dalam hal
ini karena anak-anak sekarang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget.
Hal tersebut membuat anak kurang menyalurkan energinya melalui aktivitas fisik.
Kenali Ciri-ciri Obesitas pada Anak
Pada batas mana
anak yang gemuk tidak mengalami obesitas? Melansir situs Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), anak dikatakan obesitas jika berat badan menurut tinggi
badannya berada pada +3 dan overweight +2 menurut kriteria WHO.
Ciri-ciri yang mudah dilihat di antaranya wajah bulat, pipi yang tembem,
double chin, leher relative pendek, perut buncit dan berlipat-lipat,
paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan. Pada anak laki-laki, dada
membusung dan payudara membesar serta penis tertutup. Sementara pada anak
perempuan biasanya mengalami menstruasi lebih dini.
Cegah Obesitas pada Anak
Pencegahan obesitas perlu dilakukan sejak dini agar pertumbuhan anak
tidak terganggu. Hal utama yang dapat dilakukan adalah menjaga pola hidup sehat
dengan menerapkan pola makan sehat dan gizi seimbang serta memperhatikan
aktivitas sehari-hari.
Beberapa tips yang dapat Umma lakukan untuk mengurangi resiko obesitas pada anak antara lain:
1. Berikan porsi makan yang sesuai
Kelebihan porsi makan akan memicu terjadinya obesitas. Berikanlah makanan dengan porsi yang sesuai dengan usianya.
2. Perbanyak sayur dan buah
Pilih makanan yang tinggi serat dan rendah kalori seperti sayur dan buah. Hindari makanan yang mengandung lemak dan gula yang tinggi.
3. Buat jadwal makan
Biasakan anak makan teratur sesuai jadwal dan batasi cemilan di luar jam makan agar tidak berlebihan.
4. Perhatikan aktivitas anak
Anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu
menonton tv atau bermain gadget cenderung kekurangan aktivitas fisik. Atur durasi bermain gadget dan ajak anak melakukan permainan
aktif seperti melompat, berlari, dan memanjat.
Anak-anak
khususnya di bawah usia 5 tahun setidaknya perlu melakukan aktivitas fisik
selama total 3 jam per hari. Umma dapat melatih gerakan motoriknya seperti
berguling-guling, menendang, menangkap, melempar, dan menari. Ajak pula si
kecil untuk bersepeda atau berenang agar kegiatannya lebih bervariatif.
Nah, itulah sedikit penjelasan tentang
obesitas pada anak yang mudah-mudahan tidak terjadi pada anak-anak kita ya,
Umma… Semoga Allah Subhanahu wa
ta’ala selalu melimpahkan kesehatan untuk keluarga kita. Aamiin...
Konsumsi sayur sebagai salah satu pola hidup konsumsi makanan sehat perlu diperhatikan agar badan selalu sehat
ReplyDeleteKurus atau obesitas sama2 bahayanya, ya. Cukup tricky juga berjalan di antara dua batas ini biar anak tetap sehat
ReplyDeleteHai kak,aku Dennise. Dulu anakku lagi umur 5-7 tahun termasuk golongan obesitas dengan ciri seperti yang disebutkan diatas. Butuh waktu yang cukup lama dan perjuangan untuk bungsuku bisa menurunkan berat badan. Caranya dengan mengurangi porsi makan dan perbanyak aktivitas. Akhirnya turun tapi lama sempat yoyo juga ya turunnya
ReplyDeletebahkan hingga kini banyak yang gak paham tentang gizi lho
ReplyDeletebapaknya cuma buruh kasar, tapi jajan bisa Rp 50.000 untuk camilan miskin gizi
ibunya juga gak mau menyusui, bayinya dikasi sufor
Penting banget mencegah obesitas pada anak karena efeknya bisa jangka panjang ya.. AKu sendiri bersyukur anak-anakku termasuk aktif olahraga..tinggal makannya yang harus diatur terutama asupan gula..
ReplyDeleteMasih banyak orang tua yang malah bangga anaknya gemuk, menurut mereka gemuk itu berarti gizi terpenuhi. Mereka masih belum sadar bahwa anak gemuk belum tentu sehat
ReplyDeleteKebiasaan emak yang suka makan jadi menu run ke anak. Kita contoh buat anak. Makanya Mpo lagi nurunin berat badan biar Mpo dan anak kelak tidak obesitas
ReplyDeleteSelain penyebab di atas, ada satu penyebab lagi, yaitu penyakit Endokrin atau penyakit hormonal.
ReplyDeleteJangan dilupakan lifestyle masa kini yaitu sedentary
Satu lagi yang jadi salah satu penyebab obesitas anak adalah habit orang tuanya. Anak-anak yang dididik oleh orang tua yang tidak bisa mengontrol napsu makannya, biasanya akan menurun kepada anak. Atau si orang tua, tanpa kenal waktu, selalu menyodorkan makanan-makanan sarat lemak dan gula sehingga anak jadi obesitas dan tidak punya jadwal khusus untuk memamahbiak.
ReplyDeleteAnakku dulu kurus, tapi sejak pandemi dia jadi lebih bulat kayaknya karena memang kerjaan makan melulu. Tapi aku juga berusaha ngasih kegiatan work out ke dia, kayak badminton bareng atau olahraga bareng gitu mbak. Masalah sayur dan buah ini emang PR banget, dia susah menerima dua jenis makanan itu. Harus dibiasakan lagi
ReplyDeleteJaga porsi makan agar tidak berlebihan.
ReplyDeleteMakanya ada isi piringku yang bisa dijadikan pedoman ya
Thanks sharingnya Umma, aku kemaren sempat galau karena anak sering sakit dan badannya yang awalnya berisi sekarang jadi sakit. Sekarang udah nggak penting lagi gemuk. Yang penting dia sehat aja. udah! Hehe
ReplyDeleteObesitas pada anak nih bahaya juga ya kak ponakan saya obesitas sampai matanya minus banyak katanya gara2 obesitas itu sih penyebabnya
ReplyDeleteKebetulan anak-anak aku nggak ada yang obesitas. Riwayat keluargaku emang semuanya berbadan langsing dan mungil tapi nggak stunting juga sih untungnya.
ReplyDelete